23 July 2012

Hidup Bukan Cuma Untuk Makan!

06 November 2007 07:45:13

Jangan lah kalian mengeluh dan merengek-rengek terus menuntut ini dan itu dengan cengengnya, kemiskinan kalian gunakan sebagai alasan, dan urusan makan selalu menjadi dalihmu. Hidup bukan cuma untuk makan!

Ya, hidup memang bukan hanya untuk makan, kami tau itu. Kau katakan dunia ini luas, kehidupan ini indah dan penuh dengan hal-hal yang patut direnungkan dan digali. Kita harus menciptakan cita-cita dan harapan untuk dikejar, ada banyak hal lain yang patut dialami dalam hidup selain hanya untuk makan, terlalu sia-sia kalau hidup hanya diukur dengan makan, bukanlah kehidupan kalau hidup hanya diabdikan untuk makan. Segalanya tentang makan, hidup untuk makan, rendah dan hina, seperti binatang.

Kami tau itu.

Bukanlah keinginan kami untuk hidup dalam keadaan seperti itu. Keadaanlah yang menempatkan kami menjadi demikian, dan perut ini harus diisi supaya kehidupan bisa diteruskan. Kalau kami hanya berbicara soal makan, menjadikannya bahan pembicaraan kami, menempatkan makan sebagai salah satu kerewelan kami, dan memiliki hidup yang berputar-putar pada soal makan, makan, makan, dan makan - itu karena memang di sanalah posisi kami.

Kalau kau telah mampu berpikir, berbicara, dan meracau tentang berbagai kenikmatan dunia lain selain makan, tentang segala hal besar dan agung, tentang bagaimana mengisi kehidupan ini, tentang memilih pekerjaan dan jalan hidup, bercita-cita dan merencanakan masa depan, dan menggali makna filosofis tai kucing tai kampret dari kehidupan ini; kalau kau telah mampu menyingkirkan makan menjadi permasalahan urutan kesekian dalam hidupmu, maka kami berada pada posisi memikirkan apa yang dapat kami makan besok atau minggu depan.

Kami harus berpikir, berbicara, dan memutar hidup kami pada persoalan makan. Kami harus menempatkannya sebagai persoalan nomor satu dan terkadang satu-satunya. Kami harus dan tidak-boleh-tidak mengatur hidup kami menyangkut permasalahan makan. Karena begitu kami menggantikannya dengan yang lain maka kami akan terancam kelaparan untuk kemudian dijemput malaikat maut!

Kemudian kau katakan bahwa hidup tidaklah sebegitu menyenangkannya hingga kita bisa mendapatkan apapun yang kita mau. Kau katakan hidup itu keras, hidup adalah urusan bekerja dan berkarya, berusaha untuk tetap hidup, hidup adalah perjuangan, hidup adalah kerja keras tanpa henti. Kami juga tau itu. Bahwa hidup itu terkadang kejam pun kami tau, bahkan aku yakin kami lebih tau bagaimana keras dan kejamnya hidup daripadamu.

Kau dapat merencanakan masa depanmu, memilih tempat belajarmu, mencari pekerjaan yang sesuai untukmu, atau mungkin kau teruskan usaha keluargamu, membangun tempat hidupmu, menabung untuk masa tuamu. Lalu kemudian kau bisa sekolah lagi, mencari pekerjaan yang lebih sesuai untukmu dengan hasil yang memuaskan. Maka kau dapat mengembangkan kehidupanmu, menikmati hidupmu dengan berbagai kegiatan, mengisinya dengan berbagai pengetahuan dan eksplorasi yang sungguh mendalam terhadap kehidupan, yang mana salah satu hasilnya adalah sebuah perkataan yang sungguh bijak: "Hidup bukan cuma untuk makan." Ya, kau memang sungguh bijak!

Tetapi sementara itu kami tidak memilih pekerjaan kami! Kami tidak mampu untuk itu. Kami hanya mencari pekerjaan, kerja, apapun itu, yang menghasilkan uang, berapapun itu. Kami menjadi buruh yang bekerja monoton selama delapan jam sehari di ruang-ruang membosankan, lalu kami ambil pekerjaan tambahan di waktu malam, kami berkubang dalam lumpur demi menumbuhkan padi-padi, atau menjadi kuli bangunan menantang maut di ketinggian puluhan lantai. Kami berjualan dan bermandi sinar matahari dan keringat dan debu jalanan dengan terancam penggusuran setiap hari, atau mendorong gerobak tua di tengah malam untuk mengorek-ngorek tempat sampah, kami juga mengais-ngais beras yang jatuh dari truk di pasar induk, menjadi pembantu rumah tangga dengan jam kerja dan jenis pekerjaan yang tanpa batas. Kami pergi ke luar negeri menjadi kacung yang ketika diperkosa dan disiksa hampir tak ada siapapun yang perduli, kemudian ketika pulang hanya pungli dan perampokan yang kami hadapi. Kami bekerja di jermal-jermal yang penuh dengan kekerasan. Anak-anak kami membuat sepatu di pabrik-pabrik, berjualan koran, atau menjadi tukang semir sepatu. Bahkan perempuan-perempuan kami juga menjual tubuh mereka di pinggir jalan!

Siapakah yang berani mengatakan, satu orang saja yang berani mengatakan bahwa kami bekerja tidak lebih keras daripada kau yang hidup enak sejahtera dan dipenuhi kecukupan dan bahkan kenikmatan dunia!?

Apakah kurang keras kami bekerja?! Apakah kurang habis-habisan membanting tulang kami mencoba untuk tetap hidup? Apakah masih kurang perjuangan kami? Apakah kami pemalas? Apakah risiko kematian, pemerkosaan, kekerasan, cidera, penyakit, keracunan, dan lainnya yang kami hadapi adalah masih kurang menurutmu?!

Maka ketika bagaimanapun kerasnya kami bekerja namun kemelaratan ini tetap berada pada tempatnya dan kehidupan kami tetap berputar pada permasalahan makan, kami tau: JELAS ADA SESUATU YANG SALAH!!

No comments:

Post a Comment