23 July 2012

Studi Banding Sorga Neraka

07 Maret 2005 21:43:08

Tahun dua ribu dua ratus empat belas. Teknologi telah mencapai ketinggian luar biasa tinggi. Manusia mulai beranak-pinak di bulan dan di planet Mars, sementara plesiran ke planet Jupiter sudah biasa. Bangunan tinggi menyentuh awan dan jauh dalam merojok ke dalam perut bumi, kendaraan jarang menyentuh tanah, dan satu teknologi yang maha-penting telah berhasil ditemukan; yaitu Teknologi Komunikasi Jarak Jauh Bumi-Sorga-Neraka (TKJJ BSN).

Layaknya internet yang pada akhir abad 20 membuat tempat-tempat berjauhan di muka dunia menjadi begitu dekat, di awal abad dua puluh tiga ini bukan cuma berbagai tempat yang berserakan di muka dunia yang dibuat menjadi dekat, tapi juga jarak yang tak dapat dihitung antara Bumi, Sorga, dan Neraka - telah dihubungkan dengan sistem komunikasi super-canggih. Sehingga orang di dunia sudah mulai dapat bertangis-tangisan bersama menggunakan telepon atau e-mail dengan kerabat yang telah mampus bertahun-tahun lalu atau sekadar menanyakan kabar kepada sahabat yang baru modhar kemaren sore. Kadang juga dilakukan tele-conference antar kerabat keluarga di dunia, di sorga, dan di neraka.

Kemampuan manusia untuk berkomunikasi dengan dua dunia yang letaknya entah di mana di alam jagad-raya ini akhirnya dilengkapi dengan kemampuan manusia untuk bukan hanya berkomunikasi, bahkan melainkan bepergian mengunjungi sorga dan neraka jahanam; Teknologi Komunikasi dan Transportasi Jarak Jauh Bumi-Sorga-Neraka (TKTJJ BSN). Yang kemarin lusa hanya bertelpon-telponan atau saling berkirim e-mail, sekarang sudah dapat bertemu langsung dengan orang-orang yang telah mati.

***

Indonesia pun sudah menjadi negara yang mampu mengikuti perkembangan teknologi maju. Sudah terdapat perusahaan komunikasi bumi-sorga-neraka, pun sudah didirikan perusahaan jasa transportasi yang menjangkau sorga dan neraka. Malah Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang mendirikan kedutaan besarnya di Sorga dan Neraka. Pokoknya Indonesia juga sudah menjadi negara super canggih. Hanya satu saja yang kurang, yaitu utangnya ke IMF dan World Bank masih belum lunas, atau kalau mengutip perkataan seorang pejabat Indonesia di tahun 2167 adalah "sedang dalam masa penyelesaian pembayaran hutang-hutang luar negeri".

Dalam suatu kunjungan pejabat-pejabat pemerintahan Republik Indonesia ke sorga untuk menjenguk Soeharto dan petinggi-petinggi Indonesia lain yang telah mati, Soeharto menyarankan supaya pemerintah Indonesia mengirimkan delegasinya ke sorga dan neraka untuk melakukan studi banding tentang sistem manajerial, pelayanan umum, birokrasi, kependudukan, keamanan, dan lain-lain hal. Alasannya, karena menurut Soeharto sistem kepengurusan di sorga dan neraka sangat baik adanya.

Maka dikirimlah lima orang pejabat kelas atas dari bidang-bidang yang terkait dengan yang telah disebutkan oleh Soeharto untuk melakukan studi banding selama satu bulan. Lengkap bersama para istri yang menor-menor dari para delegasi, empat belas orang dikirim menuju sorga - dan kemudian neraka. Tapi, empat belas?? Bukan sepuluh? Bukan. Karena ada satu delegasi yang beristri lima.

***

Kunjungan dimulai dari akhirat bagian penerimaan dan pengadilan bagi manusia yang baru mampus.

Sesampainya di akhirat, para delegasi menyaksikan seseorang berbadan besar dan bermata sipit, berpakaian jas lengkap dan bersepatu kinclong, berjalan bersama perutnya yang buncit menuju pintu pengadilan. Senyum disungging di bibir sejadi-jadinya, didampingi langsung oleh malaikat pencabut nyawa. Di ruang pengadilan - yang juga dihadiri oleh para delegasi sebagai bagian dari acara kunjungan resmi - telah duduk hakim ketua, hakim pembantu, dan lain-lain pejabat pengadilan sorga. Semuanya dipersilahkan duduk.

Hakim ketua memulai, "Selama hidup di dunia, anda telah membunuh tiga puluh satu orang secara tidak langsung, merusak seribu seratus tiga tempat tinggal keluarga manusia, menyebabkan empat orang cacat, menyakiti orang lain dengan perbuatan tingkat A seratus delapan kali, tingkat B tiga ratus sepuluh kali, tingkat C lima ratus enam puluh satu kali, berselingkuh tujuh kali, berzinah enam puluh delapan kali, mencuri uang sebanyak empat puluh miliar mata uang rupiah Indonesia, ..."

"Mohon dipertimbangkan juga perbuatan-perbuatan baik yang sudah dilakukan oleh klien saya, yang mulia." - kata pengacara si badan besar memotong pembicaraan hakim.

"Iya itu nanti dulu." Kemudian ia melanjutkan, "... merusak alam seluas lima ratus enam hektar, melanggar sumpah tiga puluh tiga kali, berdusta enam ribu tujuh ratus sebelas kali, ..."

Sang pengacara kembali memotong, "Hakim ketua yang mulia, tolonglah dipertimbangkan bahwa klien saya juga banyak melakukan perbuatan baik dan menjunjung tinggi dunia akhirat dan dunia sorga..."

"Iya, bisa sabar atau tidak?"

"..."

"... menyebabkan rasa takut pada orang lain sebanyak seratus dua puluh sembilan kali dengan total jumlah korban dua puluh empat juta tiga ratus empat belas ribu dua ratus satu orang dan tingkat ketakutan rata-rata 463 Afr [satuan unit tingkat ketakutan manusia bumi] selama total jumlah waktu dua ratus tujuh puluh satu tahun lebih tiga bulan enam hari, menyebabkan enam ratus tujuh puluh tiga orang kelaparan selama total tiga puluh satu hari waktu bumi, memaksakan kehendak kepada..."

"Hakim ketua, saya mohon..." - pengacara sekali lagi memotong, dan kali ini tampak air mukanya sudah tidak terlalu tenang seperti pada awalnya. Kliennya, si tambun pun sudah mulai agak gugup dan senyum di bibirnya tidak lagi disungging selebar sebelum memasukki pintu pengadilan. Pengacara melanjutkan "Pertimbangkanlah perbuatan-perbuatan baik klien saya...", yang terakhir dikatakan sambil mendorong amplop tebal di atas meja menuju ke depan ke arah hakim ketua.

"Oh ya. Ya... ya, ya. Ya, benar. Ya, sebaiknya kita segera membahas perbuatan-perbuatan baik yang sudah dilakukan semasa hidupnya." Hakim ketua kembali bersuara, dan dilanjutkan dengan membahas berbagai macam perbuatan baik yang sudah dilakukan orang yang tengah diadili. Senyumnya kembali mekar berbunga-bunga hingga agak monyong, pengacaranya pun ikut tenang, dan duduknya santai melipat tangan - sambil sesekali mengangguk-anggukan kepala botaknya.

Menjelang akhir persidangan, beberapa saat sebelum hakim ketua menentukan keputusan, ketika sang hakim ketua sedang membaca dalam hati beberapa berkas penting berkaitan dengan persidangan kali ini, pengacara kembali menyorongkan amplop kedua yang jauh lebih tebal dari yang pertama ke arah hakim ketua - sambil berkata "Mohon perbuatan-perbuatan baik yang telah disebutkan benar-benar dipertimbangkan oleh yang mulia."

Hakim ketua tampak tetap berkonsentrasi membaca berkas-berkas di tangannya. Kemudian amplop ketiga yang sama tebalnya meluncur, keempat, kelima, dan tiba-tiba hakim ketua menatap pengacara dan berkata "Baik, keputusan telah saya ambil: Masuk sorga!"

***

Kunjungan dilanjutkan ke sorga itu sendiri. Di sana delegasi disambut oleh para mantan pejabat penting di Indonesia yang telah moksa bin mampus. Soeharto menjadi ketua rombongan penyambut, diikuti oleh orang-orang terkenal seperti Akbar Tandjung, Ginandjar Kartasasmita, Wiranto, Megawati, Susilo Bambang, dan lain-lain banyak sekali jumlahnya. Di sampingnya masih terdapat rombongan para konglomerat yang sudah mamphus. Jauh di belakang rombongan utama, diikuti oleh orang-orang mantan anggota MPR-DPR. Luar biasa ramai sorga ini. Banyak orang Indonesia yang tinggal di sana. Semuanya pernah jadi pejabat penting, gubernur, pimpinan TNI atau ABRI, walikota, wakil rakyat, bisnismen, konglomerat, dan lain-lain posisi yang terhormat. Karena itu pakaian yang mereka kenakan pun mentereng kinclong aduhai keren-keren.

Selesai acara pertemuan antara anggota delegasi dengan rombongan penyambut, mereka berjalan keluar dari gedung pertemuan, dan tiba-tiba terjadi ribut-ribut di luar. Ribut cukup keras dan tampaknya mulai terjadi kepanikan di antara keramaian. Anggota delegasi dan sebagian rombongan penyambut segera pergi meninggalkan gedung pertemuan melalui jalan lain. Setelah terbebas dari hiruk pikuk dan tengah dalam perjalanan menuju kantor administrasi sorga, seorang anggota delegasi bertanya kepada Sutiyoso mantan gubernur Jakarta yang juga ada di sorga "Tadi itu ada apa, pak?"

Sutiyoso tersenyum dan menjawab, "Oh biasa, ada penduduk sorga yang ilegal..."

"Oooh..." anggota delegasi manggut-manggut dan menerawang, lantas tiba-tiba kembali bertanya, "Eh iya pak, ngomong-ngomong, apa sih rahasianya masuk ke sorga...?"

Sutiyoso lagi-lagi tersenyum manis - manis sekali hingga matanya tenggelam tak terlihat - dan berkata "Yah, banyak-banyak saja beramal. Itu saja."

***

Anggota delegasi telah sampai di kantor administrasi sorga, sebuah kantor yang santai, tidak banyak kesibukan yang terjadi. Para pegawai saling bercengkrama - kadang hingga terbahak. Hanya ada sebagian pegawai yang tampak sedang sibuk menyeleksi tabel-tabel panjang bergulung-gulung, itupun sambil sesekali ikut berkomentar dan kemudian tertawa terbahak-bahak. Anggota delegasi bertanya kepada staf pimpinan bagian humas dari kantor administrasi sorga, "Sedang apa mereka - kok keliatannya sibuk sekali?"

"Iya, sedang menyortir daftar penghuni sorga yang harus diusir."

"Lho kok diusir??"

"Lah iya, kalu engga, lama-lama sorga bisa full dong. Setiap setengah bulan kita tinjau lagi daftar penduduk sorga, melihat yang semasa hidup di dunia paling sedikit memberikan amal sumbangan. Nah mereka itu kita usir, supaya orang yang beramal sumbangan yang baru dateng bisa dapet tempat di sorga."

"Oooh... Lantas terus mereka dikemanain?"

"Lah terserah mau ke mana, mau ke neraka boleh, mau ke akherat tidur di emperan pengadilan akherat juga boleh, mau balik ke dunia jadi setan hantu gentayangan juga terserah. Paling banyak sih mereka jadi penduduk ilegal di sorga ini, karena itu tiap setengah taun juga kita lakukan pembersihan penduduk ilegal. Huh, bikin sesak dan kumuh aja mereka itu."

Sang anggota delegasi kemudian kembali teringat tentang apa yang dikatakan oleh Sutiyoso beberapa saat sebelumnya. Tanpa sadar dia bergumam sambil bengong, "... berarti yang Sutiyoso bilang emang bener... cuma yang beramal sumbangan paling banyak yang bakal dapet tempat di sorga..."

Kepala staf pimpinan bagian humas kantor administrasi sorga yang ternyata masih ada di sebelahnya mendengar perkataan itu dan berkata, "Iya benar. Ini adalah keputusan dewan perwakilan masyarakat penghuni sorga, tahun lalu malah udah ditegaskan dengan peraturan pemimpin sorga. Ini sudah menjadi hukum dan peraturan di sorga, ya harus ditaati."

Terkaget karena komentar orang yang mengantarnya berkeliling, si anggota delegasi menjadi gugup sesaat, melihat sekeliling dan kemudian berkata - "Oooh..."

***

Studi banding ini dilanjutkan dengan mengunjungi neraka. Setelah melalui perjalanan yang cukup lama, akhirnya keempat belas anggota delegasi tiba juga di neraka. Disambut oleh koordinator pengelola neraka di pelataran parkir neraka, tampaklah antrian panjang menuju pintu utama neraka. Sebagian besar mengenakan pakaian seadanya atau bahkan compang-camping, beberapa malah tidak berpakaian sama sekali. Wajah mereka semua kuyu dan kusam. Banyak yang dalam keadaan cacat fisik, beberapa lagi tampak menderita penyakit jiwa. Jarang terdapat orang yang tampak normal. Anggota delegasi memasuki neraka melalui pintu samping.

Di dalam kantor administrasi neraka, telah menunggu kepala biro penerangan neraka, ia segera menerangkan berbagai macam hal kepada anggota delegasi. Bahwa semakin hari neraka menerima semakin banyak penduduk baru, bahwa semakin hari neraka semakin padat dan penuh sesak, bahwa dikarenakan oleh hal-hal itu wilayah neraka kini telah semakin melebar dari keberadaannya semula, bahwa sebagian dari penduduk neraka adalah buangan dari sorga, dan berbagai macam hal lain.

Seperti kantor administrasi sorga, di neraka pun kantor administrasi merupakan kantor yang santai tidak sibuk sama sekali walaupun ada banyak sekali pegawai yang bekerja di kantor itu. Pegawai administrasi hanya perlu menyocokan data yang ada dengan orang-orang yang baru datang - entah itu orang yang baru mati, atau orang operan dari sorga. Pegawai lainnya hanya perlu melakukan pencatatan-pencatatan berkaitan dengan penghuni neraka yang telah ada. Lalu ada pula pegawai yang mengurus perihal sarana-sarana yang bisa didapatkan penduduk neraka. Dan beberapa hal yang harus diurus lainnya. Lantas sisanya cukup hadir ke kantor, melakukan absensi kehadiran, dan kemudian bebas melakukan apa saja - nonton tv, bergosip, membaca koran atau buku, tidur, atau apa saja. Terserah.

Anggota delegasi mendapatkan kesempatan untuk berbicara dengan seorang penghuni neraka. Tampak bahwa ia cukup merasa tidak bahagia di dalam neraka. Badannya kurus kering, ada beberapa luka-luka di badannya, tampak haus, dan konsentrasinya tidak terfokus. "Bapak kenapa bisa masuk ke neraka?" tanya seorang anggota delegasi.

"Saya pencuri."

"Emang bapak nyuri apa?"

"Nyuri ayam sama duit majikan."

"Lah kenapa sampe mencuri?"

"Abisnya anak saya sakit, istri saya hamil, saya sendiri di-PHK. Malah terus harga BBM naik pula."

"Oooh..." Lalu dengan rasa ingin tahu yang menggelitik, pelan-pelan anggota delegasi itu bertanya "Bapak tidak pernah beramal sumbangan...?"

"... Amal sumbangan apaan?! Untuk ngurus anak dan istri sendiri saja saya kerepotan, mau beramal pake apaan?!" bentak penduduk neraka yang ditanyai, kemudian ia langsung pergi sambil memaki-maki.

Anggota delegasi yang lain sedang menanyai seorang penghuni neraka yang lain pula, "Ibu kenapa ada di neraka?"

"Tadinya saya masuk sorga, pak."

"Oooh... lalu kenapa ibu dipindahkan ke neraka?"

"Soalnya kata mereka saya tidak banyak beramal semasa hidup. Yah, emang saya hampir tidak pernah beramal sih..."

"Emang pekerjaan ibu sewaktu masih hidup apa sih?"

"Saya tukang jahit."

"Waktu masih hidup ibu pernah berbuat dosa?"

"Satu aja yang saya paling nyesel... waktu saya ingkar janji untuk membelikan anak saya mobil-mobilan... tapi mau begimana lagi, saya gak punya uang waktu itu. Dari hasil ngejahit cuma cukup buat makan dan kontrak rumah. Suami saya udah lebih dulu meninggal..."

"Oooh... sekarang ibu tinggal sama suami ibu di neraka?"

"Engga. Suami saya masih gentayangan di dunia. Dia kuli bangunan, jatuh dari lantai empat belas."

"Oooh..."

***

Setelah beberapa lama menghabiskan waktu di neraka, akhirnya anggota delegasi kembali pulang menuju tanah air. Anggota delegasi tampak telah belajar banyak dari sistem manajerial dan lain-lain yang mereka saksikan sendiri di sorga dan neraka, juga di pengadilan akherat. Istri-istri mereka pun banyak membawa oleh-oleh untuk kerabat di dunia, membawakan baju yang lagi mode di sorga, kenang-kenangan dari neraka, cinderamata dari akherat, dan lain-lain.

Dalam laporan singkat anggota delegasi kepada presiden Republik Indonesia, seorang anggota delegasi mengatakan "Setelah melakukan studi banding, ... dari apa yang kami saksikan dan pelajari dari sistem manajerial dan lain-lain di sorga dan neraka dan akherat, ... dapat kami katakan, sistem yang kita gunakan di tanah air sekarang sudah cukup sebanding dan sesuai dengan sistem yang digunakan di ketiga tempat itu... sudah cukup memuaskan."

No comments:

Post a Comment