11 August 2012

Soeharto Juga Manusia

2 Februari 2008 18:53:26

Ada orang-orang yang dengan arif bijaksana mengatakan bahwa "Soeharto itu juga manusia," seperti kita semua pun manusia, yang mana sebagai manusia tak akan luput dari kesalahan. Dan bahkan ada orang-orang lainnya, dengan disertai aroma kemarahan dan ketidaksukaan, mengatakan hal yang pada dasarnya senada - bahwa "Soeharto juga manusia! Wajar kalau melakukan kesalahan! Kan kau pun melakukan kesalahan?! Jangan sok suci! Urus saja urusanmu sendiri!"

Sebelum yang lainnya, kenapa aku sedemikian urusannya soal Soeharto? Jawaban pertama adalah karena aku melihat bahwa sejak ia sakit dan terlebih lagi sejak ia mati, sebagian masyarakat mulai melupakan sejarah dan larut dalam melankoli duka dan haru kepergian sang Bapak Pembangunan. Ini berkaitan dengan jawaban kedua, bahwa sudah merupakan hak dan kewajibanku - sebagai bagian dari rakyat negeri - untuk ikut mencemplungkan diri dalam urusan per-Soeharto-an ini, sejak pekerjaan (tanggung jawab dan kewajiban) Soeharto pada masa lalu adalah mengurusi rakyatnya.

Dan jawaban ketiga, adalah karena aku seorang manusia. Dan merupakan kewenangan seorang manusia untuk menyuarakan pikirannya, terlebih lagi ketika itu dilakukan untuk mengingatkan bahwa ada sesuatu yang sangat penting yang telah kita lupakan.

***

Lalu soal bahwa Soeharto itu juga manusia.

Itu benar, Soeharto memang manusia, yang imut-imut dan sungguh kharismatik serta kebapakan. Dan manusia bernama Soeharto itu, selayaknya manusia manapun, jelas dapat dan sewajarnya melakukan kesalahan.

Hanya saja:

Kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh manusia tidak dapat dipukul rata dan disamakan begitu saja satu dengan yang lainnya sebagai sekadar "kesalahan" atau "kekhilafan".

Ketika kau ditodong di jalanan, lalu kau lawan karena ia mulai mengancam hidupmu, dan ternyata sang penodong mati akibat perlawananmu, secara hukum kau tidak dianggap bersalah karena kau membunuh orang itu dalam rangka membela kehidupanmu sendiri.

Seandainya kau saling meledek dengan kawanmu, yang kemudian menjadi memanas, menjadi perkelahian, dan tanpa sengaja kau bunuh kawanmu itu, kau bersalah karena kau telah menghilangkan nyawa seseorang.

Atau bisa jadi kau merampok sebuah rumah gedongan, pemilik rumah yang dirampok melawanmu, dan kau bunuh dia, kau buat dia mati. Kau bersalah, karena merampok, dan terutama karena membunuh - walaupun kau pada awalnya hanya berniat untuk merampok, bukan membunuh.

***

Kembali ke Soeharto, kita harus ingat bahwa apa yang dilakukannya bukanlah "sekadar" korupsi, dan kolusi, dan nepotisme, dan hutang-hutang bertumpuk, dan sebagainya. Korupsi masih bisa diberantas, harta-harta pelakunya masih bisa disita, hutang masih bisa dibayar, atau bahkan masih bisa ditangguhkan, tetapi yang dilakukan Soeharto jauh melampaui kejahatan korupsi belaka.

Berbeda dengan pembunuhan-pembunuhan yang disebutkan di atas tadi; Soeharto, sejak ia menjelang kekuasaannya sebagai presiden negara ini, sebagai biaya untuk mendirikan dan mempertahankan rejimnya, telah melakukan pembunuhan-pembunuhan yang bukan bertujuan untuk membela diri. Bahkan banyak orang-orang yang ia bunuh berada dalam keadaan tak berdaya.

Ia jelas menyadari tindakan-tindakannya itu, yang ia lakukan adalah suatu pembunuhan terencana, dalam arti bahwa pembunuhan-pembunuhan yang dilakukannya memang diniatkan - sejak awalnya - untuk membunuh, untuk membuat mati orang-orang tertentu. Dan bukan sekadar terencana, ia juga melakukan pembunuhan-pembunuhan itu secara sistematis.

Walaupun aku tak perduli pada "bangsa" dan nasionalisme, Soeharto telah banyak sekali menghabiskan peluru-peluru milik Angkatan Bersenjata Republik Indonesia untuk membantai saudara-saudaranya sendiri, menumpahkan darah rakyatnya sendiri, yang seharusnya menjadi anak-anaknya di negeri ini.

Pernahkah kau melihat seribu orang berkumpul bersama di satu tempat? Bagaimana dengan seribu kalinya - sejuta orang? Bisakah kau membayangkannya? Tentu banyak sekali. Dan tahukah kau, orang-orang yang telah dibunuh oleh Soeharto berjumlah berjuta-juta orang!

Berjuta-juta manusia!

Ber-ju-ta-ju-ta!!

***

Lalu mungkin kau akan katakan, "kan tentu Soeharto tidak melakukan itu semua sendirian, kan itu karena bawahan-bawahannya juga, kan banyak bawahannya yang brengsek."

Justru!

Bahwa Soeharto tidak melakukannya sendirian - berbeda dengan perkelahian satu lawan satu, berbeda dengan tawuran antara pelajar dengan pelajar, bahkan berbeda dengan pertempuran antar suku - Soeharto menggunakan militer! Menggunakan sebuah organisasi besar militer sebuah negara, menggunakan sebuah ANGKATAN BERSENJATA untuk membunuhi rakyat sipil yang seringkali tidak bersenjata!!

Dan kita tau bahwa ia, presiden, adalah panglima tertinggi dari angkatan bersenjata, bahwa seandainya pun (S-E-A-N-D-A-I-N-Y-A!) ia tidak memerintahkan pembunuhan-pembunuhan itu, ia tau dan ia pasti tau bahwa semua itu terjadi, tepat di depan matanya. Dan dia, Jenderal Bintang Lima Haji Muhammad Soeharto, sebagai seorang panglima tertinggi, yang mampu, pasti mampu, dan harus mampu untuk menghentikannya, diam saja dan membiarkan berjuta-juta nyawa bertumbangan dalam rentang waktu puluhan tahun!

Ia menggunakan Angkatan Bersenjata sebuah negeri, dibantu oleh organisasi-organisasi para-militer dan preman-preman di sekelilingnya - dengan penuh kesadaran, secara terencana dan sistematis - ia merampok, memenjarakan, mengasingkan, menindas, memperbudak, memperkosa, dan membunuhi rakyat sipil yang mana adalah rakyatnya anak-anaknya sendiri!!

***

Jelas ada perbedaan yang sangat mendasar pada pembunuhan-pembunuhan yang dilakukan oleh Soeharto. Jelas apa yang ia lakukan tidak dapat diterima sebagai sekadar "kesalahan" belaka yang sewajarnya dilakukan oleh manusia.

Karena jika demikian cara berpikirnya, maka kita juga mesti berhenti meletakkan Hitler dan Pol Pot pada panggung pesakitan dunia, melabelinya "hanya manusia biasa" dan memaafkan segala "kesalahannya"!

Lantas bebaskan para pembunuh dari penjara, batalkan hukuman mati mereka, dan rehabilitasi nama baik mereka - termasuk Amrozi, Iwan Samudra dan para peledak bom lainnya!

Juga jangan pernah lagi berkata-kata tentang kekejaman kolonialisme Belanda atau Jepang, jangan bicara lagi tentang kekejaman Israel terhadap Palestina, dan tutup bacotmu soal kebiadaban Amerika Serikat di Vietnam, Kuba, Afghanistan, Irak, dan lain-lain!

Karena berdasarkan logikamu yang sungguh arif bijaksana, semua pelaku-pelaku kekejaman itu pada dasarnya memang manusia biasa yang sepatutnya melakukan kesalahan, dan sebesar apapun kesalahan mereka, sebiadab apapun mereka, dalam nama Bapak Pembangunan mantan presiden Soeharto yang tercinta, mesti dimaafkan dan tidak boleh diungkap-ungkap.

Dan jadilah bangsa ini sebuah bangsa yang yang munafik!

Hipokrit.

Nista.

Terkutuk dan menjijikan!!

***

Setelah segala apa yang dilakukan oleh Soeharto, seharusnya ia bukan mendapatkan penghormatan militer pada pemakamannya, seharusnya bukan tujuh hari berkabung baginya, bukan pula usulan-usulan MAHA-BANGSAT untuk menjadikannya pahlawan nasional yang muncul.

Seharusnya yang muncul adalah sepotong label:

"penjahat kemanusiaan".



http://en.wikipedia.org/wiki/Crime_against_humanity
http://en.wikipedia.org/wiki/Mass_murder
http://en.wikipedia.org/wiki/Command_responsibility
http://en.wikipedia.org/wiki/Genocide

No comments:

Post a Comment